top of page
Writer's pictureemoticonweeks

Cerita Saat di Bromo

Ternyata untuk menuju ke obyek wisata alam Bromo di Jawa Timur memiliki dua jalur penanjakan.


Sebelumnya pada tanggal 19 maret 2018 Saya dan kawan-kawan Kelompok Kuliah Kerja Nyata 36 dari Universitas Negeri Surabaya mengunjungi wisata alam bromo dengan beramai-ramai beranggotakan 20 orang anak, kami pada waktu itu memulai perjalanan dari desa kepatihan, Gresik pada sekitar pukul 20.00 dengan menggunakan motor. Dengan tujuan menuju Bromo, kami singgah terlebih dahulu di kediaman orang tua teman kelompok kerja nyata 36 Unesa di probolinggo, yaitu mas Abbay, panggilan akrabnya. Kami sampai di rumah Abbay sekitar pukul 23.30, kami beristirahat sejenak dan melanjutkan kembali perjalanan menuju Bromo sekitar pukul 03.00 dari probolinggo kota. Saat itu kami menuju ke Bromo dengan melewati jalur penanjakan dari Arah probolinggo, Sukapura. Perjalanan untuk menuju ke Bromo cukuplah berbahaya, karena banyaknya tanjakan yang harus dilalui, beberapa belokan tajam, dan masih adanya beberapa jalan yang berlubang. Ternyata semakin mendekati Bromo, semakin tinggi jalan yang sudah dilewati suhu udara di sekitar Bromo sangatlah dingin, alangkah baiknya untuk menyiapkan beberapa pakaian yang tebal untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap hangat, meskipun beberapa kami merasakan kedinginan saat mencapai lokasi untuk melihat sunrise jalur probolinggo, kami menikmati suasana sunrise itu dan cukup senang saat kami telah sampai di Bromo




Cerita ke Bromo berlanjut lagi pada tanggal 29 maret 2018, jalur penanjakan menuju Bromo melalui arah Pasuruan


Adanya tawaran mendadak untuk kembali menuju Bromo, saat itu tanggal 29 maret 2018 pagi hari pukul 09.00 seusai saya menyelesaikan perkuliahan di kampus dan kembali ke tempat penginapan sewa atau yang bisa kita sebut dengan istilah rumah kos. Ketika itu saya mendapat pesan tawaran untuk ikut liburan ke Bromo yang diberikan oleh Ajik, teman SMA saya di SMAN 2 Bondowoso yang saat ini juga melanjutkan studinya di Universitas Airlangga. Menerima tawaran seperti itu membuat saya merasakan kebingungan, meskipun adanya tawaran berlibur dari teman itu mungkin akan mengasyikan, tapi di lain sisi saya merasakan permasalahan mengenai keuangan saya. Tetapi pada akhirnya saya mengiyakan untuk kembali menuju ke bromo lagi. Kami memulai perjalanan menuju Bromo dari lidah wetan, Surabaya, sekitar pukul 22.30 dengan pemikiran bahwa kita akan menuju Bromo, dengan melewati Probolinggo. Ternyata ada masukan dari Ajik, katanya lebih dekat lewat Pasuruan. Sebelumnya saya hanya mengira kalau untuk menuju Bromo hanya ada satu jalur, yaitu melalui Probolinggo. Saat saya coba memastikan dengan menggunakan fitur penunjuk arah dari aplikasi google map, ternyata kalau dari arah Surabaya memang lebih cepat mencapai Bromo dengan melalui jalur penanjakan Pasuruan. Akhirnya kami pun memutuskan untuk melalui jalur penanjakan Pasuruan, saat itu saya masih berpikiran kalau untuk menuju ke Bromo hanya ada satu jalur saja, dengan mengira meskipun kami melalui jalur penanjakan Pasuruan nantinya akan saling bertemu menjadi satu arah ketika sudah mendekati Bromo. Ternyata ada koreksi dari Mas Aris, seseorang yang kami temui saat beristirahat di Indomaret yang ada di Pasuruan sebelum menuju ke arah penanjakan Pasuruan, Di sana mas aris mengatakan kalau jalur penanjakan Pasuruan berbeda dengan Jalur penanjakan probolinggo, nanti tidak akan ada lagi Pom terdekat seperti yang ada di Sukapura, jalur penanjakan melalui Probolinggo. Saat itu pun saya masih tetap mengira ngira kalau nantinya akan tembus ke jalur penanjakan Probolinggo. Kami pun melanjutkan perjalan lagi menuju ke Bromo melalui jalur penanjakan Pasuruan dengan dibantu dikawal oleh mas Aris, yang juga mengawal temannya yang dari Surabaya. Pukul 02.00 kami sampai di pos pembayaran untuk wisata Bromo, wisatawan lokal dikenakan tarif 60.000 untuk 2 orang 1 kendaraan pada hari normal, namun ketika hari libur dikenakan 70.000 untuk 2 orang 1 kendaraan. Palang pintu pos pembayaran untuk melanjutkan perjalanan menuju Bromo tersebut baru akan dibuka sekitar pukul 02.30. setelah pukul 02.30 kami melanjutkan lagi perjalanan menuju penanjakan Pasuruan guna untuk melihat sunrise. Pukul 03.00 kami sampai di lokasi untuk melihat sunrise, disana ternyata suhu begitu dingin dan kami terlalu awal sampai di puncak lokasi untuk melihat sunrise. Sembari menunggu matahari terbit saya mencoba untuk belajar bagaimana cara mendapatkan foto milky way, sayangnya saat itu bulan begitu terang bersinar sehingga bintang bintang lain kalah bersinar dan juga cuaca di langit terdapat banyak awan. Akhinya pengalaman pertama saya untuk memfoto langit gagal dan merasa kurang beruntung. Pada pukul 05.00 langit mulai tampak memerah, banyak wisatawan yang mulai mendokumentasikan keindahan alam tersebut. Kami mengambil beberapa gambar di sekitar tempat untuk melihat sunrise tersebut dengan berlatarkan background gunung bromo. kemudian perjalanan kami dilanjutkan lagi untuk menuju lautan pasir yang ada di bromo dan juga mengambil beberapa gambar. Saat itu saya mulai menyadari kalau Bromo itu seperti rumah, yang bisa dimasuki dari depan, ibarat dilalui dari arah probolinggo, dan dimasuki dari arah belakang, dari arah pasuruan. Saat setelah turun dari penanjakan Pasuruan ke lautan pasir, rasanya cukup berbahaya untuk pulang atau kembali lagi ke arah penanjakan Pasuruan, karena tanjakan yang harus dilalui begitu terjal dan panjang. kemudian kami memutuskan untuk kembali ke Surabaya dengan melalui jalur penanjakan Probolinggo






10 views0 comments

Recent Posts

See All

Kawah Ijen

Create a blog post subtitle that summarizes your post in a few short, punchy sentences and entices your audience to continue reading....

Comments


bottom of page